Lanjutan Kisah Nyata Tukang Sampah Di Stasiun Kota Jakarta Bagian 3
Akhirnya,
saya makan berdua sama beliau, sambil cerita-cerita. Dari cerita beliau, saya tahu
kalau beliau punya dua anak, yang satu suda meninggal, karena kecelakaan. Yang satunya
suda pergi dari rumah, karena tidak pulang-pulang sudah 3 tahun. Istri beliau sudah
meninggal terkena penyakit kanker pada tahun lalu. Parahnya lagi, rumahnya
diambil sama orang kredit gara-gara tidak bisa melunasin uang pinjaman buat mengobatin
istrinya yang sedang terbaring di rumah sakit.
Saya
miris sekali mendengerkan cerita beliau. Beliau sebatang kara, tidak punya
rumah, anaknya durhaka, dan jarang makan. Malah beliau cerita pernah dipalak preman
waktu mulung di jakarta. Saya rasanya sangat beruntung sekali sama kondisi saya
yang sekarang. Saya menyesal pernah mengeluh tentang pekerjaan saya, tentang
kondisi kost-an saya, dan sebagai berikut. Sedangkan bapak ini, dengan kondisi
yang serba kekurangan masih selalu tersenyum ceria. Rasanya
sepiring nasi padang dan segelas es teh manis yang saya kasih tidak setimpal sama
pelajaran yang saya dapettin dari beliau. Saya barusan belum mengambil uang,
karena saya cuma kasih seadanya dari uang kembalian di warung padang ke bapak
itu. Akhirnya, dengan sedikit maksa, saya kasih uang ke beliau. Saya didoain
banyak banget sama bapak tadi.
Dan, ada
satu hal yang bikin saya tercengang waktu mau meninggalkan tempat tadi. Saya
sambil berjalan dengan menoleh ke belakang, bapak itu sudah tidak ada di tempat
tersebut. Saya cariin sebentar, ternyata bapak itu ada di depan kotak amal
masjid dengan memasukkin duitnya ke dalem kotak amal itu.
Saya
makin tersentuh sama beliau. Di tengah - tengah kesulitan yang beliau alami,
beliau masih menyempatkan untuk beramal! Berbagi lah dengan orang lain dalam
keadaan suka maupun duka.
Saya
sangat terharu dan sedih. Saya merasa berkecil hati sebagai manusia. Saya merasa
ditunjukin sesuatu yang benar - benar hebat dan luar biasa dari beliau. Saya
berdoa semoga bapak itu dilancarkan segala urusannya, diberi kemudahan dan
rejeki berlimpah, dan selalu berada dalam lindungan Tuhan.
Sumber
kisah nyata ini dari kaskus dengan ciri khas pemakaian kata yang ilmiah. Namun,
sumber aslinya tidak ditemukan. Foto yang digunakan pun hanya ilustrasi karena
penulis aslinya tidak memfoto saat kejadian. Semoga kita semua bisa mengambil
pelajaran dari cerita mengharukan seorang
tukang sampah yang memiliki harga diri yang sangat mulia ini.
Beda
sekali bapak ini dengan para penipu di luar sana, yang kebanyakan memasang
wajah melas dan menanyakan arah pulang dan pura-pura kehabisan uang di jalan. Lalu,
korban jadi tergelitik rasa ibanya dan memberikan ongkos Rp 50.000 untuk
pulang.
Saya
sendiri pernah beberapa kali mengalami penipuan semacam ini. Pertama di daerah Bekasi,
dan kedua di daerah Depok. Sekarang, saya sangat iba terhadap pengemis, anak
jalanan, dan penipu berkedok nyasar itu.
Namun,
bapak tukang sampah ini beda! ! ! Beliau bukanlah penipu. Kita bisa menilai
dari keseluruhan sikap napak tersebut dengan mata hati kita masing - masing.
Mudah - mudahan sang bapak
tukang sampah ini diberikan kemuliaan dan semasa hidupnya bisa mengumpulkan
banyak bekal pahala sehingga di surga diberikan balasan yang setimpal atas
kesusahan hidupnya dan kebaikan budi pekertinya.Sumber :
- http://ibnuadibfauzi12.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar